A.
Pengertian
Supervisi Klinis
Secara umum
supervisi klinis diartikan sebagai bentuk bimbingan profesional yang diberikan
kepada guru berdasarkan kebutuhannnya melalui siklus yang sistematis. Siklus
sistematis ini meliputi: perencanaan,
observasi yang cermat atas pelaksanaan dan pengkajian hasil observasi dengan
segera dan obyektif tentang penampilan mengajarnya yang nyata.
Jika dikaji
berdasarkan istilah dalam “klinis”, mengandung makna: (1) Pengobatan (klinis)
dan (2) Siklus, yaitu serangkaian kegiatan yang merupakan daur ulang. Oleh
karena itu makna yang terkandung dalam istilah klinis merujuk pada unsur-unsur
khusus, sebagai berikut:
1.
Adanya
hubungan tatap muka antara pengawas dan guru didalam proses supervisi.
2.
Terfokus
pada tingkah laku yang sebenarnya didalam kelas.
3.
Adanya
observasi secara cermat.
4.
Deskripsi
pada observassi secara rinci.
5.
Pengawas
dan guru bersama-sama menilai penampilan guru.
6.
Fokus
observasi sesuai dengan permintaan kebutuhan guru.
B.
Perbedaan
Supervisi Klinis dan Supervisi Pendidikan
Ada perbedaan
yang diulas dari dua macam supervisi ini yaitu untuk supervisi pendidikan
sifatnya lebih umum dan kompleks sehingga format supervisi yang ada lebih luas
tidak hanya menyangkut pengajaran saja.
Sedangkan
untuk supervisi klinis sifatnya lebih kearah yang khusus dan terbatas pada
aspek tertentu yang dibutuhkan dalam pengajaran guru. Supervisi klinis adalah
bentuk bantuan profesioanl yang diberikan pada guru berdasarkan kebutuhan
dengan beberapa siklus tertentu.
Siklus yang
ada pada desain supervisi ini melibatkan guru sebagai target utama, tetapi
sesuai dengan kebutuhan yang guru rasakan masih sangat kurang. Ada tiga siklus
dalam pelaksanaan supervisi klinis, meliputi pertemuan awal, observasi, dan
pertemuan balikan. Aplikasi ini dilakukan dengan beberapa langkah pendekatan
oleh guru untuk pelaksanaan supervisi dilapangan.
Seorang
supervisor untuk hal ini perlu melakukan kajian ulang tentang segala hal yang
dialami guru atau karakteristik guru itu sendiri. Dalam supervisi klinis ada
tiga prinsip yang harus diketahui supervisor, yaitu interaktif, demokratif, dan
terpusat pada guru (Acheson dan Gall, 1987). Prinsip ini berbeda dengan siklus,
dimana prinsip ini menjadi dasar pengetahuan sebelum melakukan supervisi
sedangkan siklus hanya dilakukan ketika pelaksanaan supervisi menyangkut format
dll.
Selain prinsip
itu, kepala sekolah perlu memperhatikan prisnsip tambahan seperti hubungan
antara guru dan supervisor sifatnya interaktif daripada direktif, penentuan
tindakan dilakukan secara demokratik, terpusat pada guru (pelaksanaa
supervisi), pemberian balikan dengan rekaman yang cermat, supervisi bukan
instruksi tapi bantuan, supervisi dilakukan sesuai kontrak. Dari perencanaan
tersebut, maka supervisi yang akan dilaksanakan supervisor dapat dikatakan
sesuai prosedur atau tingkat efektifitasnya tinggi.
Jika disimak
dari beberapa fungsi serta tahapan tersebut, maka supervisi yang cocok untuk
dilakukan pada guru adalah supervisi klinis bukan supervisi pendidikan, hal ini
sesuai dengan kajian proporsi supervisi yang dibutuhkan. Seperti dikatakan
Sergivanni dan Starrat dalam buku supervisi klinis Dra. Maisyaroh, M. Pd bahwa
supervisi klinis memang berbeda dengan supervisi pendidikan (supervisi non
klinis).
Terdapat
beberapa perbedaan signifikan antara lain seperti tabel dibawah, No Aspek
Supervisi Klinis Supervisi Non Klinis 1 Prakarsa dan tanggung jawab guru
supervisor 2 Hubungan supervisor dengan guru Kolegial sederajat dan interaktif
Hubungan atasan bawahan yang birokratis 3 Sifat Bantuan demokratis Otoriter 4 sasaran
Diajukan guru dengan kajian dan kontrak bersama Sesuai keinginan supervisor 5
Ruang lingkup terbatas luas 6 Tujuan Bimbingan analitik dan deskriptif
evaluatif 7 Peran supervisor Banyak bertanya pada guru Banyak memberi tahu dan
mengarahkan Dari penjabaran tabel diatas akan memudahkan referensi kepala
sekolah dalam menjalankan supervisi.
Kajian-kajian
tersebut membuka pemikiran desain supervisi yang perlu dilakukan pada guru
untuk keperluan sekolah. Dalam pelaksanaan di sekolah, kebanyakan supervisi yang
dilakukan adalah supervisi klinis, ini dikarenakan fungsi utama supervisi
klinis lebih mengarah pada kinerja pengajaran guru dibanding dengan konten
supervisi pendidikan / non klinis yang cenderung meluas.
Kepala sekolah
memang diharapkan dapat membantu kualitas pengajaran guru dengan baik, sehingga
peranannya sangat penting sebagai seorang supervisor, terlebih lagi keharusan
kepala sekolah untuk memahami konsep supervisi yang akan dijalankan. Secara
garis besar, kepala sekolah harus bisa meletakkan bagian mana untuk supervsi
klinis dan mana untuk non klinis, serta memahami pula supervisi mana yang akan
dilakukan, supervisi klinis atau pendidikan.
Dari hal
tersebut akan didapat hasil supervisi yang isinya lebih efektif untuk
pengembangan sekolah atau peningkatan kualitas pendidik. Desain supervisi ini
menjadi referensi kepala sekolah dalam menentukan kemajuan pendidikan,
substansi pendidikan yang menjadi pengembangan metode pendidikan, dan nantinya
lebih menuju ke arah hasil output yang berhasil.
C.
Karakteristik
Supervisi Klinis
Merujuk pada
pengertian yang telah dipaparkan, terdapat beberapa karakteristik supervisi
klinis, yaitu:
1.
Perbaikan
dalam mengajar mengharuskan guru mempelajari keterampilan intelektual dan
bertingkah laku berdasarkan keterampilan tersebut.
2.
Fungsi
utama supervisor adalah mengajar keterampilan-keterampilan kepada guru.
3.
Fokus
supervisi klinis adalah:
-
Perbaikan
cara mengajar dan bukan mengubah kepribadian guru.
-
Dalam
perencanaan pengajaran dan analisisnya merupakan pegangan supervisor dalam
memperkirakan perilaku mengajar guru.
-
Pada
sejumlah keterampilan mengajar yang mempunyai arti penting bagi pendidikan dan
berada dalam jangkauan guru.
-
Pada
analisis yang konstruktif dan memberi penguatan (reinforcement) pada pola-pola
atau tingkah laku yang berhasil daripada “mencela” dan “menghukum” pola-pola
tingkah laku yang belum sukses.
-
Didasarkan
pada bukti pengamatan dan bukan atas keputusan penilaian yang tidak didukung
oleh bukti nyata.
4.
Siklus
dalam merencanakan, mengajar dan menganalisis merupakn suatu komunitas dan
dibangun atas dasar pengalaman masa lampau.
5.
Supervisi
klinis merupakan suatu proses memberi dan menerima informasi yang dinamis
dimana supervisor dan guru merupakan teman sejawat didalam mencari pengertian
bersama mengenai proses pendidikan.
6.
Proses
supervisi klinis terutama berpusat pada interaksi verbal mengenai analisis
jalannya pelajaran.
7.
Setiap
guru mempunyai kebebasan maupun tanggung jawab untuk mengemukakan pokok-pokok
persoalan, menganalisis cara mengajarnya sendiri dan mengembangkan gaya
mengajarnya.
8.
Supervisor
mempunyai kebebasan dan tanggung jawab untuk menganalisis dan mengevaluasi cara
supervisi yang dilakukannya dengan cara yang sama seperti ketika ia
menganalisis dan mengevaluasi cara mengajar guru.
D.
Tujuan
Supervisi Klinis
1.
Tujuan
umum
Secara umum Supervisi klinis bertujuan
untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mengajar guru di kelas.
Hubungan ini supervisi klinis merupakan kunci untuk meningkatkan kemampuan
professional guru.
2.
Tujuan
khusus
Secara
khusus Supervisi klinis bertujuan untuk:
a.
Menyediakan
suatu balikan yang objektif dalam kegiatan mengajar yang dilakuakan guru dengan
berfokus terhadap:
1)
Kesadaran
dan kepercayaan diri dalam mengajar.
2)
Keterampilan-keterampilan
dasar mengajar yang diperlukan.
3)
Mendiagnosis
dan membantu memecahkan masalah-masalah pembelajaran.
b.
Membantu
guru mengembangkan keterampilan dalam menggunakan strategi-strategi
pembelajaran.
c.
Membantu
guru mengembangkan diri secara terus menerus dalam karir dan profesi mereka
secara mandiri.
E.
Prinsip-prinsip
Supervisi Klinis
Dalam supervisi klinis terdapat
sejumlah prinsip umum yang menjadi landasan praktek, antara lain:
1.
Hubungan
antara supervisor dengan guru adalah hubungan kolegial yang sederajat dan
bersifat interaktif. Hubungan semacam ini lebih dikenal sebagai hubungan antara
tenaga professional berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman, sehingga
terjalin dialog professional yang interaktif dalam suasana yang intim dan
terbuka. Isi dialog bukan pengarahan atau instruksi dari supervisor/pengawas
melainkan pemecahan masalah pembelajaran.
2.
Diskusi
antara supervisor dan guru bersifat demokratis, baik pada perencanaan
pengajaran maupun pada pengkajian balikan dan tindak lanjut. Suasana demokratis
itu dapat terwujud jika kedua pihak dengan bebas mengemukakan pendapat dan
tidak mendominasi pembicaraan serta memiliki sifat keterbukaan untuk mengkaji
semua pendapat yang dikemukakan didalam pertemuan tersebut dan pada akhirnya
keputusan ditetapkan atas persetujuan bersama.
3.
Sasaran
supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru serta tetap berada didalam
kawasan (ruang lingkup) tingkah laku gurudalam mengajar secara aktual. Dengan
prinsip ini guru didorong untuk menganalisis kebutuhan dan aspirasinya didalam
usaha mengembangkan dirinya.
4.
Pengkajian
balikan dilakukan berdasarkan data observasi yang cermat yang didasarkan atas
kontrak serta dilaksanakan dengan segera. Dari hasil analisis balikan itulah
ditetapkan rencana selanjutnya.
5.
Mengutamakan
prakarsa dan tanggung jawab guru baik pada tahap perencanaan, pengkajian
balikan bahkan pengambilan keputusan dan tindak lanjut. Dengan mengalihkan
sedini mungkin prakarsa dan tanggung jawab itu ke tangan guru diharapkan pada
gilirannya kelak guru akan tetap mengambil prakarsa untuk mengembangkan
dirinya.
Prinsip-prinsip
supervisi klinis diatas membawa implikasi bagi kedua belah pihak (supervisor
dan guru).
1.
Implikasi
bagi supervisor antara lain:
a.
Memiliki
keyakinan akan kemampuan guru untuk mengembangkan dirinya serta memecahkan
masalah yang dihadapinya.
b.
Memiliki
sikap terbuka dan tanggap terhadap setiap pendapat guru.
c.
Mau
dan mampu memperlakukan guru sebagai kolega yang memerlukan bantuannya.
2.
Implikasi bagi guru antara lain:
a.
Perubahan
sikap dari guru sebagai seseorang yang mampu mengambil prakarsa untuk
menganalisis dan mengembangkan dirinya.
b.
Bersikap
terbuka dan obyektif dalam menganalisis dirinya.
Pengembangan PKN di SD
Dosen : Dr.c Dirgantara Wicaksono,CH,CHt,S,Pd,M,Pd,MM.
Dosen : Dr.c Dirgantara Wicaksono,CH,CHt,S,Pd,M,Pd,MM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar