A. Pengertian
Landasan Psikologi
Psikologi berasal dari dua kata bahasa yunani psyche
yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu, secara harfiah psikologi dapat
diartikan yaitu ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa. Menurut Branca ( dalam khodijah,
2006:2 ) menyatakaan bahwa psikologi sebagai ilmu tentang perilaku.Menurut
Woodworth dan Marquis ( dalam khodijah, 2006: 2) , menyatakan bahwa psikologi
adalah ilmu tentang aktivitas individu, baik aktivitas motorik, kognitif maupun
emosinonal. Definisi ini, lebih bersifat praktis karena langsung mengarah pada
aktivitas kongkrit yang dilakukan manusia sebagai manifestasi kondisi
kejiwaannya.
Psikologi atau ilmu jiwa yang mempelajari jiwa
manusia, jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani yang
dapat dipengaruhi oleh alam sekitar, karena itu jiwa atau psikis dapat
dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia yang berada dan melekat dalam
manusia itu sendiri (Pidarta, 2007).Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan
psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang proses mental dan perilaku seseorang
yang merupakan manifestasi atau penjelmaan dari jiwa itu.
Pengertian Landasan Psikologis merupakan pemahaman
terhadap peserta didik yang berkaitan dengan aspek kejiwaan. Karena merupakan
salah satu kunci keberhasilan pendidikan bagi seorang pendidik. Oleh karena
itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam
bidang pendidikan.
B. Aplikasi
Landasan Psikologi dalam Pendidikan
Landasan psikologi memberikan sumbangan dalam dunia
pendidikan. Kita ketahui bahwa Subjek dan objek pendidikan adalah manusia
(peserta didik). Setiap peserta didik memiliki keunikan masing – masing dan
berbeda satu sama lain. Oleh sebab itulah, kita sebagai guru memerlukan
psikologi. Dengan adanya psikologi memberikan wawasan bagaimana memahami
perilaku individu dalam proses pendidikan dan bagaimana membantu individu agar
dapat berkembang secara optimal serta mengatasi permasalahan yang timbul dalam
diri individu (siswa) terutama masalah belajar yang dalam hal ini adalah
masalah dari segi pemahaman dan keterbatasan pembelajaran yang dialami oleh
siswa. Psikologi dibutuhkan di berbagai ilmu pengetahuan untuk mengerti dan
memahami kejiwaan seseorang.
Psikologi memiliki peran dalam dunia pendidikan baik
itu dalam belajar dan pembelajaran. Pengetahuan tentang psikologi sangat
diperlukan oleh pihak guru atau instruktur sebagai pendidik, pengajar, pelatih,
pembimbing, dan pengasuh dalam memahami karakteristik kognitif, afektif, dan
psikomotorik peserta secara integral. Pemahaman psikologis peserta didik oleh
pihak guru atau instruktur di institusi pendidikan memiliki kontribusi yang
sangat berarti dalam membelajarkan peserta didik sesuai dengan sikap, minat,
motivasi, aspirasi, dan kebutuhan peserta didik, sehingga proses pembelajaran
di kelas dapat berlangsung secara optimal dan maksimal.
Pengetahuan tentang psikologi diperlukan oleh dunia
pendidikan karena dunia pendidikan menghadapi peserta didik yang unik dilihat
dari segi karakteristik perilaku, kepribadian, sikap, minat, motivasi,
perhatian, persepsi, daya pikir, inteligensi, fantasi, dan berbagai aspek
psikologis lainnya yang berbeda antara peserta didik yang satu dengan peserta
didik yang lainnya. Perbedaan karakteristik psikologis yang dimiliki oleh para
peserta didik harus diketahui dan dipahami oleh setiap guru atau instruktur
yang berperan sebagai pendidik dan pengajar di kelas, jika ingin proses
pembelajarannya berhasil Beberapa peran penting psikologi dalam proses
pembelajaran yaitu :
1) Memahami
siswa sebagai pelajar, meliputi perkembangannya, tabiat, kemampuan, kecerdasan,
motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian, dan lain-lain.
2) Memahami
prinsip-prinsip dan teori pembelajaran.
3) Memilih
metode-metode pembelajaran dan pengajaran.
4) Menetapkan
tujuan pembelajaran dan pengajaran.
5) Menciptakan
situasi pembelajaran dan pengajaran yang kondusif.
6) Memilih
dan menetapkan isi pengajaran.
7) Membantu
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
8) Memilih
alat bantu pembelajaran dan pengajaran.
9) Menilai
hasil pembelajaran dan pengajaran.
10) Memahami
dan mengembangkan kepribadian dan profesi guru.
C. Membimbing
Perkembangan Siswa
Menurut Abimanyu (1996) mengemukakan bahwa peranan
psikologi dalam pendidikan dan pengajaran ialah bertujuan untuk memberikan
orientasi mengenai laporan studi, menelusuri masalah-masalah di lapangan dengan
pendekatan psikologi serta meneliti faktor-faktor manusia dalam proses
pendidikan dan di dalam situasi proses belajar mengajar. Psikologi dalam
pendidikan dan pengajaran banyak mempengaruhi perumusan tujuan pendidikan,
perumusan kurikulum maupun prosedur dan metode-metode belajar mengajar.
Psikologi ini memberikan jalan untuk mendapatkan
pemecahan atas masalah-masalah sebagai berikut: 1.Perubahan yang terjadi pada
anak didik selama dalam proses pendidikan. 2.Pengaruh pembawaan dan lingkungan
atas hasil belajar. 3.Teori dan proses belajar 4.Hubungan antara teknik
mengajar dan hasil belajar. 5.Perbandingan hasil pendidikan formal dengan
pendidikan informal atas diri individu. 6.Pengaruh kondisi sosial anak didik
atas pendidikan yang diterimanya. 7.Nilai sikap ilmiah atas pendidikan yang
dimiliki oleh para petugas pendidikan. 8.Pengaruh interaksi antara guru dan
murid dan antara murid dengan murid. 9.Hambatan, kesulitan, ketegangan, dan
sebagainya yang dialami oleh anak didik selama proses pendidikan. 10.Pengaruh
perbedaan individu yang satu dengan individu yang lain dalam batas kemampuan
belajar.
D. Aplikasi
Teori Psikologi dalam Teknologi Pendidikan
Psikologi memiliki berbagai cabang, Namun dalam
teknologi pendidikan lebih memprioritaskan psikologi pendidikan dan psikologi
belajar, karena teknologi pendidikan lebih membahas tentang tingkah laku atau
subjek dari teknologi pendidikan adalah peserta didik.
1. Psikologi
pendidikan
Psikologi
pendidikan yaitu ilmu yang membahas segi-segi psikologi dalam lapangan
pendidikan dimana psikologi pendidikan adalah studi ilmiah mengenai tingkah
laku individu dalam situasi pendidikan. Tujuan psikologi pendidikan ialah
mempelajari tingkah laku manusia dan perubahan tingkah laku itu sebagai akibat
proses dari tangan pendidikan dan berusaha bagaimana suatu tingkah laku itu
seharusnya diubah, dibimbing melalui pendidikan (Mustaqim, 2010)
Dengan demikian, psikologi pendidikan dapat
diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji
perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk
menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan
dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka
pencapaian efektivitas proses pendidikan.
Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara
pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah
pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar
mengajar peserta didik”.Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru
melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat. Dengan
memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih
tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai
tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom
tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori
perkembangan individu.
Memilih strategi atau metode pembelajaran yang
sesuai. Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat
menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu
mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan
gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan
konseling.Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga
diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi
pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara
tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan
dan keakraban.
Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang
dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat
diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan
tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan
yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya
sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
Menciptakan iklim belajar yang kondusif. Efektivitas
pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan
pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat
menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa
dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
Berinteraksi secara tepat dengan siswanya. Pemahaman
guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi
dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang
menyenangkan di hadapan siswanya.
Menilai hasil pembelajaran yang adil. Pemahaman guru
tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian
pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan
prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.
E. Psikologi
Belajar
Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan
sebagai “suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku secara sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan”
(Slameto, 1991:2). Definisi ini menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa belajar
merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan
perubahan tingkah laku. Kedua, perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara
sadar.
Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan
usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu dipandang sebagai Proses
belajar. Sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri dipandang sebagai Hasil
belajar. Hal ini berarti, belajar pada hakikatnya menyangkut dua hal yaitu
proses belajar dan hasil belajar. Para ahli psikologi cenderung untuk
menggunakan pola-pola tingkah laku manusia sebagai suatu model yang menjadi
prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar ini selanjutnya lazim disebut
dengan Teori Belajar.Adapun teori-teori belajar adalah sebagai berikut : (
dalam sukarjo, 2009):
1. Behaviorisme
(Tingkah Laku/Perilaku)
Behaviorisme didasarkan pada perubahan tingkah laku
yang dapat diamati. Oleh karena itu aliran ini berusaha mencoba menerangkan
dalam pembelajaran bagaimana lingkungan berpengaruh terhadap perubahan tingkah
laku. Dalam aliran ini tingkah laku dalam belajar akan berubah kalau ada
stimulus dan respon. Stimulus dapat berupa prilaku yang diberikan pada siswa,
sedangkan respons berupa perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa. (
dalam Sukarjo, 2009 :33). Jadi Berdasarkan Teori Behaviorisme Pendidikan
dipengaruhi oleh lingkungan.Menurut Baharudin & Wahyuni (2008:87) bahwa
aliran Behavioristik memandang belajar sebagai kegiatan yang bersifat
mekanistik antara stimulus dan respon. Implikasinya terhadap pendidikan adalah
sebagai berikut :
1) Perlakuan
terhadap individu didasarkan kepada tugas yang harus dilakukan sesuai dengan
tingkat tahapan dan dalam pelaksanaannya harus ada ganjaran dan kedisiplinan.
2) Motivasi
belajar berasal dari luar (external) dan harus terus menerus dilakukan agar
motivasi tetap terjaga.
3) Metode
belajar dijabarkan secara rinci untuk mengembangkan disiplin ilmu tertentu.
4) Tujuan
kurikuler berpusat pada pengetahuan dan keterampilan akademis serta tingkah
laku sosial.
5) Pengelolaan
kelas berpusat pada guru dengan interaksi sosial sebagai sarana untuk mencapai
tujuan tertentu dan bukan merupakan tujuan utama yang hendak dicapai.
6) Untuk
mengefektifkan belajar maka dilakukan dengan cara menyusun program secara rinci
dan bertingkat sesuai serta mengutamakan penguasaan bahan atau keterampilan.
7) Peserta
didik cenderung pasif.
8) Kegiatan
peserta didik diarahkan pada pemahiran keterampilan melalui pembiasaan setahap
demi setahap demi setahap secara rinci.
2. Kognitivisme(Akal
Pikiran/Otak)
Kerangka kerja atau dasar pemikiran dari teori
pendidikan kognitivisme adalah dasarnya rasional. Teori ini memiliki asumsi
filosofis yaitu the way in which we learn ( Pengetahuan seseorang diperoleh
berdasarkan pemikiran ) inilah yang disebut dengan filosofi Rationalisme.
Menurut aliran ini, kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita dalam
menafsirkan peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam lingkungan.Teori
Kognitivisme berusaha menjelaskan dalam belajar bagaimanah orang-orang
berpikir. Oleh karena itu dalam aliran kognitivisme lebih mementingkan proses
belajar dari pada hasil belajar itu sendiri.karena menurut teori ini bahwa
belajar melibatkan proses berpikir yang kompleks.Jadi menurut teori
kognitivisme pendidikan dihasilkan dari proses berpikir ( dalam Sukarjo, 2009
:50).
1) Implikasinya
terhadap pendidikan adalah sebagai berikut : ( dalam Baharudin & Wahyuni,
2008)
2) Perlakuan
individu didasarkan pada tingkat perkembangan kognitif peserta didik
3) Motivasi
berasal dari dalam diri individu (intrinsik) yang timbul berdasarkan
pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
4) Tujuan
kurikuler difokuskan untuk mengembangkan keseluruhan kemampuan kognitif,
bahasa, dan motorik dengan interaksi sosial berfungsi sebagai alat untuk
mengembangkan kecerdasan.
5) Bentuk
pengelolaan kelas berpusat pada peserta didik dengan guru sebagai fasillitator.
6) Mengefektifkan
mengajar dengan cara mengutamakan program pendidikan yang berupa pengetahuanpengetahuan
terpadu secara hierarkis.
7) Partisipasi
peserta didik sangat dominan guna meningkatkan sisi kognitif peserta didik.
8) Kegiatan
belajar peserta didik mengutamakan belajar untuk memahami dengan cara insight
learning.
9) Tujuan
umum dalam pendidikan adalah untuk mengembangkan sisi kognitif secara optimal
dan kemampuan menggunakan kecerdasan secara bijaksanan.
Pengembangan PKN di SD
Dosen : Dr.c Dirgantara Wicaksono,CH,CHt,S,Pd,M,Pd,MM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar