A. Pengertian
Evaluasi Pendidikan
Dilihat dari segi bahasa, evaluasi berasal dari kata
Bahasa Inggris; evaluation. Sedang dalam Bahasa Arab; al-Tqdir (التقدير), dan
dalam Bahasa Indonesia; penilaian, yang akar katanya adalah value (inggris),
al-Qimah (arab), nilai (Indonesia).Sementara pendidikan merupakan sebuah
program. Program yang melibatkan sejumlah komponen yang bekerja sama dalam
sebuah proses untuk mencapai tujuan yang telah diprogramkan. Dengan demikian,
secara harfiah evaluasi dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang
pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan
pendidikan.
Sedangkan secara istilah menurut Edwin Wand dan
Gerald W. Brown, evaluation refer to the act or process to determining the
value of something, yaitu suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai
dari sesuatu. Evaluasi pendidikan juga diartikan dengan proses untuk memberikan
kualitas yaitu nilai dari kegiatan pendidikan yang telah dilaksanakan, yang
mana proses tersebut berlangsung secara sistematis, berkelanjutan, terencana,
dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur. Dari beberapa pendapat di atas,
pendapat Robert O. Brinkerhoff & Cs (1983) perlu diketahui. Ada sepuluh
pertanyaan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan evaluasi.
Sriven (1967) membedakan antara evaluasi formatif
dan evaluasi sumatif sebagai fungsi evaluasi yang utama. Fungsi formatif,
dimana evaluasi dipakai untuk perbaikan dan pengembangan kegiatan yang sedang
berjalan (program, orang, produk, dan sebagainya). Sedangkan fungsi sumatif
menyangkut evaluasi yang dipakai untuk pertanggungjawaban, keterangan, seleksi
atau lanjutan. Jadi, evaluasi hendaknya membantu pengembangan, implementasi,
kebutuhan suatu program, perbaikan program, pertanggungjawaban, seleksi,
motivasi, menambah pengetahuan dan dukungan dari mereka yang terlibat.
Apa Objek Evaluasi?
Hampir semua unit training dapat dijadikan objek
suatu evaluasi. Siswa atau mahasiswa sudah merupakan objek yang populer bagi
evaluasi pendidikan. Yang lain-lainnya seperti proyek atau program institusi
pendidikan yang sekarang menjadi obyek evaluasi yang semakin populer.
Aspek dan Dimensi Objek Apa yang Akan Dievaluasi?
Akhir-akhir ini, usaha evaluasi ditujukan untuk
memperbanyak variabel evaluasi dalam bermacam-macam model evaluasi. Model CIPP
dari Stufflebeam mengemukakan evaluasi yang berfokus pada empat aspek, yaitu:
konteks, input, proses, implementasi, dan produk.Evaluasi lengkap terhadap
evaluasi pendidikan akan menilai misalnya manfaat tujuannya, mutu rencana,
sampai sejauh mana tujuan dijalankan, dan mutu hasilnya. Jadi, evaluasi
hendaknya berfokus pada tujuan dan kebutuhan, desain training, implementasi,
transaksi, dan hasil training.
Kriteria Apa yang Dipakai untuk Menilai Suatu Objek?
Tampaknya ada persetujuan di antara ahli evaluasi
bahwa kriteria yang dipakai untuk menilai suatu objek tertentu hendaknya
ditentukan dalam konteks tertentu dan
fungsi evaluasinya. Jadi hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan kriteria penilaian suatu
objek ialah:
a. Kebutuhan,
ideal, dan nilai-nilai
b. Penggunaan
yang optimal dari sumber-sumber dan kesempatan
c. Ketepatan
efektivitas training
d. Pencapaian
tujuan yang telah dirumuskan dan tujuan penting lainnya. Kriteria yang ganda
hendaknya sering dipakai.
Siapa
yang Harus Dilayani oleh Evaluasi?
Supaya evaluasi betul-betul bermanfaat, maka
evaluasi itu harus berguna untuk audiensi khusus. Kebanyakan literatur evaluasi
tidak menyarankan siapa audiensi yang tepat. Namun ada tiga hal yang diusulkan
Farida Yusuf Tayibnapis, yaitu:
a. Evaluasi
dapat mempunyai lebih dari seorang audiensi
b. Masing-masing
audiensi mungkin punya kebutuhan yang berbeda
c. Audiensi
khusus kebutuhannya harus dirumuskan dengan jelas pada waktu memulai rencana
evaluasi
Apa
Langkah-Langkah dan Prosedur yang dalam Evaluasi?
Proses melakukan evaluasi mungkin saja berbeda
sesuai persepsi teori yang dianut, ada bermacam-macam cara. Namun evaluasi
harus memasukkan ketentuan dan tindakan sejalan dengan fungsi evaluasi, yaitu:
a. Memfokuskan
evaluasi
b. Mendesain
evaluasi
c. Mengumpulkan
informasi
d. Menganalisis
informasi
e. Melaporkan
hasil evaluasi
f. Mengelola
evaluasi
g. Mengevaluasi
evaluasi
Untuk menjadi evaluator yang kompeten dan dapat
diandalkan, ia harus mempunyai kombinasi berbagai ciri, antara lain: mengetahui
dan mengerti teknik pengukuran dan metode penelitian, mengerti tentang kondisi
sosial dan hakikat objek evaluasi, mempunyai kemampuan human relation, serta
bertanggung jawab. Karena sulit mencari orang yang mempunyai begitu banyak
kemampuan, maka sering evaluasi dilakukan oleh suatu tim.
Apa Standar untuk Menilai Evaluasi?
Akhir-akhir ini telah dicoba pengembangan standar
untuk kegiatan evaluasi pendidikan. Standar yang paling komprehensip dan rinci
dikembangkan oleh Committee on Standard for Educational Evaluation (Joint
Committee, 1981) dengan ketuanya Daniel Stufflebeam, yaitu:
a. Utility
(bermanfaat dan praktis)
b. Accuracy
(secara teknik tepat)
c. Feasibility
(realistik dan teliti)
d. Proppriety
(dilakukan dengan legal dan etik)
Tidak ada satu evaluasi pun dapat diharapkan mencapai
standar tersebut, dan sampai sejauh mana
kesepakatan evaluator akan kepentingan standar tersebut masih perlu ditentukan.
Lee J. Cronbach (1980) mengatakan bahwa standar yang digunakan untuk melakukan
evaluasi mungkin tak sepenting konsekuensinya. Ia mengatakan evaluasi yang baik
ialah yang memberikan dampak positif pada perkembangan program.
Dari beragam pendapat di atas, penulis menangkap
bahwa yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan adalah suatu kegiatan (proses)
yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan, dan tenaga ajar untuk menilai
kegiatan pendidikan secara berkesinambungan dan sistematis.
Tujuan Evaluasi Pendidikan Menurut Anas Sudijonno,
tujuan evaluasi pendidikan terbagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus.
a. Tujuan
umum adalah evaluasi pendidikan bertujuan untuk memperoleh data pembuktian,
yang akan menjadi petunjuk sampai di mana tingkat kemampuan dan tingkat
keberhasilan peserta didik dalam pencapaian tujuan kurikuler serta bertujuan
untuk mengukur, menilai tingkat efektifitas mengajar dan metode yang telah
diterapkan oleh pendidik dalam proses pendidikan.
b. Tujuan
khusus adalah evaluasi pendidikan bertujuan untuk memberikan rangsangan kepada
peserta didik dalam menempuh program pendidikan (memunculkan sikap untuk
memperbaiki dan menigkatkan prestasi), serta bertujuan untuk mencari dan
menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan atau ketidakberhasilan peserta
didik dalam melaksanakan proses pendidikan.
Lebih singkatnya, Worten, Blaine R, dan James R,
Sanders (1987) merumuskan tujuan evaluasi pendidikan sebagai berikut:
a. Membuat
kebijaksanaan dan keputusan.
b. Menilai
hasil belajar yang dicapai para pelajar.
c. Menilai
kurikulum.
d. Memberi
kepercayaan kepada sekolah.
e. Memonitor
dana yang telah diberikan.
f. Memperbaiki
materi dan program pendidikan.
Fungsi
Evaluasi Pendidikan
Evaluasi
mempunyai fungsi yang bervariasi di dalam proses belajar mengajar, yaitu
sebagai berikut:
a. Sebagai
alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai pengetahua,
nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang guru.
b. Untuk
mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan
belajar.
c. Mengetahui
tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar.
d. Sebagai
sarana umpan balik seorang guru, yang bersumber dari siswa.
e. Sebagai
alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.
f. Sebagai
materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa.
B. Metode
Evaluasi Pendidikan
Secara garis besar, metode evaluasi dalam pendidikan
dibedakan dalam dua bentuk, yaitu tes dan nontes. Tipe evaluasi yang pertama
adalah tes yang biasanya direalisasikan dengan tes tertulis. Tes tertulis juga
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Tes
objektif
Tes ini disebut juga alat evaluasi guna mengungkap
atau menghafal kembali dan mengenal materi yang telah diberikan. Tes ini
biasanya diberikan dengan item pertanyaan menghafal yang di antaranya sebagai
jawaban bebas, melengkapi, dan identifikasi (Cross 1973: 19). Pertanyaan
pengenalan (recognizing question) dibedakan menjadi tiga macam bentuk tampilan,
yaitu soal benar-salah, pilihan ganda, dan menjodohkan.
Tes objektif ini ada dua macam, yaitu jenis isian
(supply type) dan jenis pilihan ganda (selection type). Tes objektif jenis
isian juga mencakup tiga macam tes, yaitu tes jawaban bebas atau jawaban
terbatas, tes melengkapi, dan tes asosiasi.
Tes objektif jenis pilihan ganda dikatakan lebih
efektif oleh sebagian ahli penilaian, terutama untuk mengukur beberapa hasil
belajar peserta didik. Tes ini bervariasi dari yang sederhana misalnya jawaban
dua alternatif betul-salah, item tes menjodohkan, sampai pada item tes pilihan
ganda yang dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar kompleks.
a) Tes
Esai
Pertanyaan esai pada umumnya dapat dibedakan dalam
dua jawaban berbeda, yaitu jawaban terbatas dan jawaban luas. Evaluasi yang
dibuat dengan menggunakan pertanyaan esai biasanya digunakan untuk menerangkan,
mengontraskan, menunjukkan hubungan, memberikan pembuktian, menganalisis
perbedaan, menarik kesimpulan, dan menggeneralisasi pengetahuan peserta didik.
Grounlund (1990) membedakan tes esai menjadi dua
macam, yaitu tes esai dengan jawaban panjang, dan tes esai dengan jawaban
singkat. Tes esai dengan jawaban panjang dirancang oleh para evaluator untuk
melihat kemampuan siswa dalam menuangkan ide dalam satu kesatuan yang
komprehensip, koherensi, dan sistematis sehingga memberikan kejelasan jawaban.
Jawaban tes esai yang tidak membatasi ide-ide yang dituangkan oleh siswa untuk
menjawab pertanyaan item merupakan tes yang disusun untuk tujuan tertentu.
Contohnya, tes tertulis ujian tahap akhir, yakni ujian skripsi, tesis, dan
disertasi, di mana siswa dituntut untuk menjawab pertanyaan secara komprehensip
dan mendalam.
Tes esai dikatakan sebagai jawaban terbatas, apabila
dalam menjawab para siswa hanya diminta menguraikan ide-idenya secara singkat
dan tepat sesuai dengan spasi atau ruang yang disediakan oleh para evaluator.
Jawaban pertanyaan esai terbatas ini biasanya mengarah kepada jawaban yang
lebih spesifik dan lebih pasti seperti kunci jawaban yang telah dibuat
evaluator.
Item tes esai dapat dikontruksi dengan menggunakan
kata bantu pertanyaan tertentu yang mengandung unsur 4W + 1H. Di samping itu,
pertanyaan esai harus direncanakan secara sistematis untuk mendorong para siswa
agar memiliki kemampuan mengekspresikan ide-ide mereka. Bentuk kedua evaluasi
ialah nontes. Alat nontes ini digunakan untuk mengevaluasi penampilan dan
aspek-aspek belajar efektif dari siswa. Alat nontes kadang ada yang menggunakan
pengukuran, tetapi ada pula yang tidak menggunakan pengukuran, sebagai contoh
observasi, bentuk laporan, teknik audio visual, dan teknik sosiometri.
Alat evaluasi lain yang termasuk nontes adalah
angket dan kuesioner. Dalam bidang evaluasi, angket sering digunakan untuk
menentukan kondisi tertentu dan fakta tentang siswa.
C. Model-Model
Evaluasi Pendidikan
Dengan memperlajari secara intensif tentang model,
seorang evaluator dapat lebih mudah memahami dan kemudian mengembangkan
evaluasi dalam konteks yang lebih luas yaitu bidang pendidikan. Minimal, ada
lima macam model yang dapat dikembangkan sebagai acuan perkembangan model
evaluasi saat ini. Kelima model tersebut adalah model Tyler, sumatif-formatif,
countenance, CIIP, dan Connaisance. Namun di sini hanya akan diuraikan tiga
model saja, yaitu:
a. Model
Tyler
Pendekatan Tyle pada prinsipnya menekankan perlunya
suatu tujuan dalam proses belajar mengajar. Pendekatan ini merupakan pendekatan
sistematis, elegan, akurat, dan secara internal memiliki rasional yang logis.
Dalam bidang kurikulum, fokus model Tyler pada
prinsipnya lebih menekankan perhatian pada sebelum dan sesudah perencanaan
kurikulum. Di samping itu, model Tyler juga menekankan bahwa perilaku yang
diperlukan diukur dua kali, yaitu sebelum dan sesudah perlakuan (treatment)
dicapai oleh pengembang kurikulum.
b. Model
Evaluasi Sumatif – Formatif
Model evaluasi ini berpijak pada prinsip evaluasi
model Tyler. Aplikasi evaluasi sumatif-formatif sudah banyak dipahami oleh para
guru dan sangat populer, karena model ini dianjurkan oleh pemerintah melalui
menteri pendidikan dan termasuk dalam lingkup evaluasi pembelajaran di kelas.
a) Evaluasi
Sumatif
Evaluasi ini dilakukan oleh para guru setelah siswa
mengikuti proses pembelajaran dengan waktu tertentu, misalnya pada akhir proses
belajar mengajar, termasuk juga akhir semester. Tujuannya untuk menentukan
posisi siswa dalam penguasaan materi pembelajaran yang telah diikuti selama
satu proses pembelajaran. Adapun fungsi evaluasi sumatif ini adalah sebagai
laporan pertanggungjawaban pelaksanaan proses pembelajaran, di samping itu juga
untuk menentukan pencapaian hasil belajar yang telah diikuti oleh para siswa.
b) Evaluasi
Formatif
Evaluasi ini bertujuan untuk memperoleh informasi
yang diperlukan evaluator tentang siswa guna menentukan tingkat perkembangan
siswa dalam satuan unit proses belajar mengajar. Evaluasi ini dilakukan secara
periodik atau kontinu. Fungsinya, agar proses pembelajaran maupun strategi
pembelajaran yang telah diterapkan dapat diperbaiki.
c. Model
CIIP
Model context input process product (CIIP) merupakan
hasil kerja para peneliti USA. Model ini tidak terlalu menekankan pada tujuan
suatu program. Pada model CIIP ini, para evaluator mulai mengambil perhatian
pada bentuk pemikiran lain dengan cara menganalisis guna menentukan keputusan
apa yang hendak dibuat, siapa yang membuat, bagaimana jadwalnya, dan
menggunakan kriteria apa? Hal yang menjadi pokok pertimbangan mencakup empat
macam keputusan, yaitu Context, Input, Process, danProduct.
Dari sekian banyak model evaluasi pendidikan yang
ada, semuanya tetap memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri. Hak evaluator
hendak menggunakan model yang mana, selama itu dipandang relevan dan akurat.
Pengembangan PKN di SD
Dosen : Dr.c Dirgantara Wicaksono,CH,CHt,S,Pd,M,Pd,MM.
Pengembangan PKN di SD
Dosen : Dr.c Dirgantara Wicaksono,CH,CHt,S,Pd,M,Pd,MM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar