A. FONEM
- Pengertian Fonem
Fonem adalah satuan bunyi bahasa yang dapat membedakan arti.
Bunyi /a/ dan /i/ dalam bahasa Indonesia adalah fonem, karena keduanya
membedakan arti. Misalnya dalam pasangan dara dan
dari.
Fonem ialah unit bunyi yang terkecil yang membedakan makna.
Perbedaan makna ini dapat dilihat pada pasangan minimal atau pasangan terkecil
perkataan. Misalnya pedang dengan petang. Dalam pasangan minimal perkataan pedang dengan petang itu terdapat bunyi yang berbeda
(distingtif), yaitu bunyi d dan
bunyi t.
Oleh sebab perkataan pedang hampir
sama, kecuali bunyi d dan
bunyi t, maka dikatakan bahwa
bunyi d dan bunyi t adalah bunyi yang distingtif yang membedakan makna. Oleh
karena itu, bunyi d dan
bunyi t adalah bertaraf fonem
yang berbeda dan bunyi fonem ini diletakkan dalam kurungan fonem, yaitu / d /
dan / t /.
Pasangan minimal ialah pasangan terkecil perkataan, yaitu
pasangan perkataan yang hampir sama dari segi sebutan dan juga cara
menghasilkan bunyi perkataan tersebut tetapi masih terdapat perbedaan kecil
pada bunyi (fonem) tertentu yang membedakan makna antara perkataan tersebut.
Fonem-fonem diucapkan secara berangkai dan berkelompok di
dalam pemakaian bahasa. Artinya, setiap fonem diucapkan secara terpisah-pisah.
Kelompok fonem yang merupakan unsur sebuah kata dasar atau morferm bahasa
Indonesia disebut “suku”. Dengan kata lain, struktur suku ditentukan oleh
hubungan sintagmatis di antara fonem-fonemnya.
Perhatikan tabel berikut :
Kata
dasar
|
Ia
|
Tiba
|
pindah
|
Suku
|
i a
|
Ti
ba
|
Pin dah
|
Fonem
|
/i/a/
|
/t/i/b/a/
|
/p/i/n/d/a/h/
|
Fonologi berbeda dari fonetik karena fonetik mempelajari
bunyi-bunyi tanpa membatasi perhatiannya pada bahasa tertentu umpamanya bahasa
Indonesia atau Inggris. Fonologi bertugas mempelajari fungsi bunyi untuk membedakan atau
mengidentifikasi kata-kata tertentu.
- Fonem Suprasegmental
Fonem suprasegmental yang juga disebut fonem suprapenggalan
ialah ciri atau sifat bunyi yang menindihi atau menumpangi suatu fonem.
Maksudnya, ciri suprasegmental hadir bersama-sama fonem penggalan dengan cara
menumpangi bunyi segmental. Fonem suprasegmental ini bukannya bunyi segmental
atau bunyi penggalan, tetapi ciri yang hadir bersama dengan cara menindihi atau
menumpangi bunyi penggalan. Fonem
suprasegmental tersebut terdiri dari:
- Tekanan
Tekanan ialah ciri lemah atau kerasnya suara
penyebutan sesuatu suku kata. Tekanan biasanya berlaku pada suku kata
dalam perkataan.
- Kepanjangan
Kepanjangan atau juga disebut panjang pendek
bunyi merupakan ciri khusus yang terdapat pada perkataan dalam
bahasa-bahasa tertentu.
- Jeda
Jeda yang juga disebut persendian ialah ciri atau
unsur hentian (senyap) dalam ujaran sebagai tanda memisahkan
unsure linguistik, iaitu perkataan, ayat atau rangkai kata.
- Tona
Tona merupakan naik atau turunnya suara
dalam pengucapan perkataan.
- Intonasi
Intonasi ialah turun naik nada suara dalam
pengucapan ayat atau frasa. Intonasi juga disebut sebagai lagu
bahasa.
- Perubahan Fonem
Apabila kita menyinggung perubahan fonem dalam bidang proses
morfofonemik dalam bahasa Indonesia, maka ada dua hal yang perlu mendapat
perhatian, yaitu :
- Perubahan fonem /N/
- Fonem /N/ pada morfem meN- dan morfem peN- berubah menjadi fonem /m/ kalau dasar kata yang mengikutinya berawal dengan /b,f,p/. Misalnya :
meN- +
pilih = memilih
meN- +
foto = memfoto
peN- +
bela = pembela
- Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} berubah menjadi fonem /n/ kalau dasar kata yang mengikutinya berawal dengan fonem /d,s,t/. Perlu kita catat di sini bahwa fonem /s/ hanya khusus bagi sejumlah dasar kata yang berasal dari bahasa asing. Apabila kita mencoba berbicara bahasa atau dialeg asing, kemungkinan kita akan menggganti fonem-fonemnya dengan fonem-fonem yang paling mirip dalam bahasa atau dialeg kita sendiri.
Misalnya :
meN-
+
daki = mendaki
meN-
+
tahan = menahan
meN-
+
survei = mensurvei
- Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} berubah menjadi /n/ apabila kata dasar yang mengikutinya berawal dengan /c,j,s/. Misalnya :
meN-
+
cabut = mencabut
peN-
+
jaga = penjaga
peN-
+
seret = penyeret
- Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} berubah menjadi /ng/ apabila dasar kata yang mengikutinya berfonem /g,h,k,x/, dan vokal.
Misalnya :
meN-
+
ganti = mengganti
peN-
+
halang=
penghalang
meN-
+
kecoh=
mengecoh
meN-
+
angkat=
mengangkat
peN-
+
edar=
pengedar
- Perubahan Fonem /r/
Fonem /r/ pada morfem {ber} dan morfem {per} berubah menjadi
fonem /l/ sebagai akibat pertemuan morfem tersebut dengan kata dasar yang
berupa morfem {ajar}. Contoh
ber-
+
ajar =
belajar
per-
+
ajar =
pelajar
- MORFEM
- Pengertian Morfem
Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya secara
relatif stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih
kecil; misalnya {ter}, {di} dan {pensil}.
- Pengenalan Morfem
Prof. Ramlan mengemukakan enam perinsip yang saling
melengkapi untuk memudahkan pengenalan morfem.
- Prinsip 1 Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik dan arti leksikal atau arti gramatik yang sama merupakan suatu morfem.
- Prinsip 2 Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda merupakan suatu morfem apabila satuan-satuan itu mempunyai arti leksikal atau arti gramatik yang sama, asal perbedaan itu dapat dijelaskan secara fonologik.
- Prinsip 3 Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda sekalipun perbedaannya tidak dapat tidak dapat dijelaskan secara fonologik, masih dapat dianggap sebagai suatu morfem apabila mempunyai arti leksikal atau arti gramatik yang sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer.
- Prinsip 4 Apabila dalam deretan struktur, suatu satuan berpararel dengan suatu kekosongan, maka kekosongan itu adalah morfem, ialah yang disebut morfem zero.
- Prinsip 5 Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang sama mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang berbeda.
- Prinsip 6 Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem.
- PENJENISAN KATA
Kata ialah kumpulan daripada bunyi ujaran yang mengandung
arti. Kata dinyatakan sebagai susunan huruf-huruf abjad yang mengandung arti
dan sangat jelas.Contoh: ibu, mobil, ambil dan sedih.
Jenis kata ialah golongan kata yang mempunyai kesamaan
bentuk, fungsi dan perilaku sintaksisnya. Dalam tatabahasa tradisional, jenis
kata ini biasanya dibedakan atas sepuluh macam. Pembagian yang sepuluh ini
sepenuhnya berkiblat pada pendapat Aristoteles yang berdasarkan hasil
penelitiannya terhadap bahasa-bahasa Barat. Sepuluh jenis kata itu adalah:
- Kata Benda (Nomina)
Adalah nama dari semua benda dan segala yang dibendakan.
Misalnya: Tuhan, angin, meja, rumah, batu, mesin dan
lain-lainnya.
- Kata Kerja (Verba)
Adalah semua kata yang menyatakan perbuatan atau laku.
Misalnya: mengetik, mengutip, meraba, mandi, makan dan
lain-lainnya.
- Kata Sifat (Adjektiva)
Adalah kata yang menyatakan sifat atau hal keadaan sebuah
benda/sesuatu.
Misalnya: baru, tebal, tinggi, rendah, baik, buruk, mahal,
dan sebagainya.
- Kata Ganti (Pronomina)
Adalah kata yang dipakai untuk menggantikan kata benda atau
yang dibendakan.
Misalnya: ini, itu, ia, mereka, sesuatu, masing-masing.
- Kata Keterangan (Adverbia)
Adalah kata yang memberi keterangan tentang kata kerja, kata
sifat, kata keterangan, kata bilangan, atau seluruh kalimat.
Misalnya: pelan-pelan, cepat, kemarin, tadi.
- Kata Bilangan (Numeralia)
Adalah kata yang menyatakan jumlah benda atau jumlah kumpulan
atau urutan tempat nama-nama benda.
Misalnya: seribu, saratus, berdua, bertiga, bebarapa, banyak.
- Kata Penghubung (Konjungsi)
Adalah kata yang menghubungkan kata-kata, bagian kalimat,
atau menghubungkan kalimat-kalimat.
Misalnya: dan, lalu, meskipun, sungguhpun, ketika, jika.
- Kata Depan (Preposisi)
Adalah kata yang merangkaikan kata atau bagian kalimat.
Misalnya: di, ke, dari, daripada, kepada.
- Kata Sandang (Artikel)
Adalah kata yang berfungsi menentukan kata benda dan
membedakan suatu kata.Misalnya: si, sang, hyang.
- Kata Seru (Interjeksi)
Adalah kata (yang sebenarnya sudah menjadi kalimat) untuk
mengungkapkan perasaan.Misalnya: aduh, wah, eh, oh, astaga.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M.K. Ejaan yang Disempurnakan. Jakarta: Sandro
Jaya.
Alwasilah, A. Chaedar. 1990. Linguistik Suatu Pengantar.
Bandung: Angkasa.
Bloomfield, Leonard. 1995. Bahasa. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka.
Mahmood, Abdul Hamid. 2012. Fonetik dan Fonologi Bahasa Melayu. Malaysia: Universiti
Pendidikan Sultan Idris.
Muslich, Masnur. 2008. Tatabentuk
Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif. Jakarta:
Bumi Aksara.
Supriyadi. 1997. Pendidikan
Bahasa Indonesi 2. Jakarta: Universitas Terbuka.