Namaku Rika Andaryani S, aku biasa dipanggil Rika, aku tak pernah membayangkan untuk menjadi seorang pendidik di usiaku yang masih terbilang muda. Kesempatan itu datang ketika Bapak Sutino, S.Pd., MM seorang kepala sekolah di SDN Pondok Ranji 04 memintaku untuk mengajar di sekolah dasar yang dipimpinnya. Bapak Sutino memberikan aku kepercayaan untuk mengajar di kelas 3D.
Bapak Sutino, S.Pd., MM memberiku surat keputusan mengajar yang bertanggal 16 Juli 2018. Aku senang sekali dan tidak sabar untuk segera bertemu dengan peserta didikku. Di malam hari aku membayangkan seperti apa peserta didikku, apakah mereka semua anak yang normal atau berkebutuhan khusus? Bagiku apapun kondisinya, aku bertekad akan membimbing mereka tanpa melihat kekurangan yang ada. Aku akan tetap bersyukur, karena dengan keunikkannya aku akan menemukan pengalaman berbeda setiap harinya.
Keesokan harinya, pada pukul 06.15 aku bergegas pergi ke SDN Pondok Ranji 04. Pukul 07.00 adalah jam masuk sekolah seluruh siswa dan aku tidak ingin terlambat karena aku ingin siswaku mencontoh kedisiplinan gurunya. Hari ini ada hari Senin dimana siswa beserta dewan guru mengikuti kegiatan upacara bendera. Mereka semua berbaris sesuai instruksi guru kelas masing-masing. Aku sendiri berdiri di belakang barisan siswa kelas 3D. Ketika upacara sedang berlangsung ada siswa yang tidak disiplin, mereka bercanda, menginjak sepatu temannya, sampai saling dorong. Aku tegur mereka untuk tetap berlaku tertib ketika upacara. Ada satu siswa yang menjadi perhatianku, Ia tampak diam dan melamun.
Selesai upacara bendera, para siswa kembali ke kelas masing-masing termasuk siswa kelasku kelas 3D. Setelah semua siswa masuk kelas, aku mendapati siswa yang ketika upacara bendera menjadi perhatianku. Saat sesi perkenalan diri, baru aku tahu kalau siswa itu bernama Azhar. Aku menduga kalau Azhar autis atau down syndrome.
Seperti biasa jika awal pertama masuk sekolah di sekolah kami melakukan assesment yang harus diisi dan ditandatangani dengan orang tua, aku menitip formulir untuk di isi orang tua untuk di isi di rumah keesokan harinya harus dibawa dengan melampirkan fotokopy kartu keluarga dan fotokopy akte, disini aku menjelaskan kepada anak-anak bahwa harus diisi dengan sejelas-jelasnya tidak ada yang harus ditutup-tutupi setelah anak paham. Aku juga menginformasikan melalui whatsapp agar orang tua juga mengetahui hal tersebut aku sampaikan pula formulir tersebut harus diisi dengan sejelas mungkin karena berkaitan untuk pelayanan anaknya di sekolah kami. Jika ada yang mengalami gangguan dari akan ditangani secara khusus untuk di konsultasikan dengan guru yang lebih senior bahkan bisa ke psikolog.
Selama aku menjelaskan hal tersebut dan berkeliling di kelas menanyakan apakah sudah paham atau belum hal yang sudah aku jelaskan salah satunya aku bertanya ke Azhar. Dari kenyataan tersebut aku menyimpulkan ada sesuatu yang harus aku ketahui terkait dengan kondisi Azhar. Aku menghubungi orang tua Azhar agar mengembalikan formulir tanpa dititipkan kepada anaknya. Aku ingin tahu kondisi sebenarnya yang dialami oleh Azhar.
Keesokan harinya orang tua Azhar datang ke sekolah dengan membawa formulir identitas yang sudah aku berikan sehari sebelumnya. Aku menceritakan kondisi Azhar di kelas dan ingin tahu lebih dalam terkait kondisi Azhar tersebut dengan bertanya kepada orang tuanya. Ibunya bercerita sewaktu kecil Azhar pernah mengalami panas dengan suhu yang tinggi, setiap suhu badan panas Azhar mengalami kejang-kejang dan sudah di konsultasikan ke dokter bahwa dampaknya tidak akan terjadi apa-apa. Tetapi dengan berjalannya waktu Azhar mengalami keterlambatan berbicara dan kemampuan untuk berfikir atau kognitif dan intelektual sangat kurang. Aku pun menanggapi cerita yang disampaikan orang tua Azhar akan memberikan penanganan yang terbaik untuk Azhar belajar di sekolah kami dan aku kan menjaga identitas Azhar dengan baik. Dengan informasi yang sudah diberikan orang tuanya dengan data atau informasi yang sudah aku punya dari guru kelas sebelumnya apakah sama tau beda. Ternyata data yang diberikan orang tua dengan guru sebelumnya sama.
Setelah orang tua Azhar pulang aku kembali masuk ke ruang kelas dan bertemu dengan anak-anak salah satunya adalah Azhar. Kami pun belajar sambil bermain karena masih awal masuk sekolah dan aku menanyakan formulir yang sudah aku bagi kemarin. Anak-anak bersiap untuk mengumpulkan di mejaku. Setelah aku amati aku mencoba memberikan satu kertas seperti soal latihan singkat disni aku minta ke Azhar untuk menjawabnya ternyata dalam menjawab satu pertanyaan bisa tetapi untuk menjawab berkali-kali Azhar bingung dan asal menjawab pertanyaan tersebut. Ternyata Azhar tidak mampu menjawab semua pertanyaanku. Aku coba semua siswa untuk mencoba menulis di papan tulis, ternyata tulisan Azhar bagus, hanya saja tidak dapat dipahami. Aku akan berusaha mengajarkan Azhar menulis yang dapat dipahami olehnya atau gurunya.
Setelah hari ketiga masuk sekolah sama seperti biasa belajar bersama, untuk Azhar aku bimbing sedikit demi sedikit dalam menjawab pertanyaan dengan contoh aku membacakan soal Azhar bisa menjawabnya dengan baik tetapi jika tidak aku bacakan, Azhar menjawabnya dengan asal. Setiap hari aku selalu mengajarkan Azhar untuk menulis dengan rapih serta mudah dibaca atau dipahami. Khusus Azhar aku selalu membuatnya sibuk untuk mengamati dan memintanya untuk menyampaikan apa yang sudah aku berikan. Setiap selesai kegiatan pembelajaran selalu aku perhatikan ada perubahan tidak untuk hari ini terutama Azhar aku juga sering menyampaikan ke orang tua Azhar untuk kegiatan setiap harinya. Dengan kegiatan disekolah dengan berlatih menulis dan menjawab pertanyaan sudah ada perubahan di semester ganjil. Orang tua Azhar pun senang dengan perubahan yang dialaminya.
Memasuki bulan maret semester genap ada perubahan yang baik dari kemampuan menulis dan pada saat mengerjakan soal, bahkan tulisan Azhar cukup baik dan nilai ulangan di ulangan semester genap cukup memuaskan. Ku selalu berikan motivasi dan semangat yang tinggi untuk Azhar agar mempertahankan kognitifnya dan perilakunya sampai lulus bahkan sudah sampai bekerja. Sehari sebelum pengambilan rapot kenaikan kelas orang tua Azhar mengirimkan pesan, menanyakan bahwa anaknya naik atau tidak. Jika ada perubahan pada saat kegiatan belajar mengajar dan bisa mengikuti pasti naik Bu jawabku. Pesan pun terputus…
Keesokan harinya waktu pengambilan rapot pun tiba. Datanglah beberapa wali murid yang salah satu dari mereka adalah orang tua Azhar, wali murid satu persatu menghadap dan mengambil rapotnya. Tibalah waktunya orang tua Azhar duduk di bangku depanmu yang sudah aku siapkan. Wajahnya lesu, aku sambil mengambilnya rapot Azhar, menunjukkan dan menjelaskan hasil rapotnya. Betapa bahagianya orang tua Azhar saat mengetahui nilai Azhar sampai berdiri dari bangku dan mengucapkan sujud syukur. Orang tuanya berkata denganku bahwa anaknya tidak salah sekolah dan guru karena bisa mengubah Azhar menjadi lebih baik. Tapi rasanya aku tak rela melepas Azhar untuk naik satu tingkat lebih tinggi dan hanya berdoa semoga Azhar dapat mengikuti pelajaran di tingkat selanjutnya dan semoga wali kelas yang baru tetap memperlakukan Azhar sama sepertiku tanpa melihat kekurangan dari dirinya. Seandainya aku dapat bertemu kembali dengan siswa kelasku di kelas yang baru, pasti aku sangat bahagia, betapa aku sangat menyanyangi mereka semua.
Korektor : Ibu Rini Henawati, S.Pd
